Mahasiswa jurusan corona. Agak aneh memang, namun itulah yang telah terjadi.
Sejak pertama kali virus corona ditemukan di Wuhan China, saya tau saat itu
kondisi dunia perkuliahan sedang tidak baik-baik saja. Terlebih, ketika penyebarannya
sudah sampai di Indonesia, banyak beredar di berita- berita, di televisi- televisi
tentang orang meninggal disebabkan corona. Lantas pemerintah mengambil tindakan
tegas, semua kegiatan di berhentikan, seluruh aktvitas di stop. Masyarakat di
himbau untuk berdiam diri di rumah masing-masing. Namun, entah karena himbauan pemerintah
yang tidak sat set, atau memang masyarakat kita yang sudah pada kebal, namun
faktanya adalah terus meningkatnya kasus kematian yang disebabkan oleh corona.
Dari situlah, mulai diterapkannya peraturan PPKM, sosial distancing. Diminta
berjaga jarak antar warga. Jalanan kampung di blokade, portal-portal di tutup,
mirip perbatasan Gaza. Namun yang saat ini berperang bukan antara Israel dengan
Palestina, melainkan Indonesia yang sedang berperang. Namun karena kita diciptakan
sebagai manusia, dan kita memilki hasrat serta akal, maka kondisi saat itu
tidak dapat kita terima. Bagaimanapun, perekonomian tetap harus berputar,
sekolah tetap harus berjalan. Akhirnya terciptalah konsep baru: sekolah online.
Jika tidak seperti itu, maka perlahan Indonesia akan mengalami pemerosotan yang
tajam. Warganya busung lapar dan tidak berpendidikan.
Saya sendiri, termasuk angkatan corona. Namun yag perlu saya syukuri, fakta
bahwa semester satu dan dua saya sempat merasakan apa itu perkuiahan yang normal.
Datang ke kampus, materi yang disampaikan langsung oleh dosen, mahasiswa hanya
duduk manis mendengarkan, Sangat khusyuk memang. Sampai tertidur. Ternyata kuliah
kelas karyawan sungguh-sungguh berat.
Saat ini saya sedang menempuh semester enam, dan empat semester terlalui
dengan konsep baru: sekolah online. Apa yang saya dapatkan? Yang pasti adalah
cara bagaimana survive dari keadaan yang amat sangat berat. Penyebaran corona
juga berimbas dengan lesunya perekonomian, banyak perusahaan yang collabs,
gulung tikar. Yang lebih baik adalah pemutusan hubungan kontrak kerja,
mengurangi karyawan dan menghemat sebanyak mungkin anggaran. Dan inilah yang
terjadi di tempat saya bekerja. Saat itu, pendapatan satu-satunya berasal dari
gaji, dan jika perusahaan tempat saya bekerja mengalami pengurangan jumlah karyawan,
saya merasa terancam. Jika benar-benar kontrak kerja saya di stop, maka kuliah juga
mandeg, tidak sanggup membayar dosen dan cicilan kuliah. Pada akhirnya busung
lapar dan tidak berpendidikan.
Namun, saya bersyukur itu tidak terjadi. Kontrak kerja masih aman. Dan
tolong jangan doakan dipecat. Saat itu saya berfikir untuk mencari pendapatan
lain, dan keterampilan yang sayadapatkan di kampus, itu benar- benar
berpengaruh. Karena bidang kuliah saya di teknologi dan informasi, akhirnya
ilmu yang saya dapat dari kuliah bisa sedkit membantu saya menghasilkan uang. Ini
bukan trading ya kawan-kawan, bukan afiliator nya juga. No.
Saat itu saya melamar pada salah satu project milik orang luar negeri, dan
ternyata kerjaan ini bisa dimonitoring dari jauh. Work from home. Saya tetap
bekerja pada perusahaan sekarang, dan side pendapatan saya dari project yang
telah diikuti. Ternayata asik juga.
Poin penting pertama, memiliki ilmu dan langsung di implementasikan adalah
suatu hal yang sangat baik. Apalagi ilmu yang saya dapatkan di kampus adalah
dasar-dasar dali ilmu pemrogaman, selain itu improvisasi karena keadaan yang
membuat saya menjadi fast learner dan peka dengan perkembangan yang ada. Dan karena
saat itu sedang masa sekolah online, ternyata sangat menghemat waktu dan
tenaga. Materi-materi kuliah yang tidak lengkap penjeleasannya bisa langsung
tanya google, meski butuh effort dan semangat.
Jangan cepat menyerah, jangan putus asa terlalu dini. Sekian dan terimagaji.
0 Komentar